Minggu, 22 Maret 2015

Negara Beradab Tidak Sebercanda itu Pak !

Hari yang membosankan ya tentunya jika kita hanya berdiam diri di rumah padahal hari-nya adalah hari libur. Dan sedangkan Indonesia kita tercinta ini sangat indah, megah dan mengagumka lho. Nah begitupun dengan aku, kalender telah diwarnai merah oleh pemerintah. Yups, hari libur nasional karena sebagai penghormatan hari raya Nyepi umat Hindu. Dan karena saya muslim dan juga tinggalnya di Jawa yang notabene tidak ada kewajiban untuk melakukan Nyepi seperti di Bali, tentunya saya lebih memilih berlibur donk ya. Eh, lha tapi jelong-jelong kan butuh uang yang banyak, dan ini akhir bulan loh. Perlu diketahui pemirsah, saya itu salah satu anak yang dikatakan manja oleh keluarga dan satu lagi tapi jangan bilang-bilang ya, terutama ke pacar saya, saya itu termasuk orang yang sangat boros lho. FYI, sebagai karyawan yang setiap bulan mendapat gaji di atas UMR dan juga tinggal di sebuah kota yang kecil alias pinggiran sampai sekarang saya tidak punya tabunagn. Padahal sudah satu tahun kerja lho. Iya begitulah ! Sudah skip dulu. Kembali ke jelong-jelong ya.

Nah berhubung saya tidak punya uang sama sekali, saya putuskanlah buat ngajakin pacar jelong-jelongnya. Eh lha dallah Mas Pacar juga lagi kere. Hahaha ( Kami berdua sama-sama hobby jelong gaes !) Yasudah diputuskanlah kami harus bertemu di tengah jalan agar lebih irit pengeluarannya. Uang di dompet tinggal 130rb guys ini buat makan saya sampai akhir bulan "seharusnya". 

Demi jalan-jalan badai topan harus ditempuh, dan ternyata lampu motor saya mati. Disini saya mulai merasa sedih kawan ! Karena saya tahu setiap memasuki akhir bulan pasti di tengah-tengah hutan setelah perbatasan kota Bojonegro - Ngawi pasti akan ada polisi yang berkeliaran, kecuali pas hujan. Saya lihat arloji dan ini memang jam operasional mereka. Saya coba lampu jarak jauh saya, kebetulan lampu jarak jauh saya ini juga tidak begitu jauh sehingga terlihat seperti lampu normal biasa. Dan syukurlah masih menyala. Tuhan masih sayang sama saya "pekik girang saya dalam hati". Sambil berdendang dan fokus nyetir saya kendarai motor saya dengan santai. Dan sampailah saya di tempat biasa mereka "mangkal". Kalau biasanya saya lewat sini dan ketemu mereka, saya dicegat, berhenti kemudian mereka hormat sambil menyapa dan memintas surat-surat. Meski saya sudah tahu apa maskud razianya, saya masih tetap hormat gaes, secara mereka sopan toh. Eh lha dallah, lakok yang ini tiba-tiba saya dan beberapa pengendara diberhentikan. Dengan nadanya yang dipaksa berwibawa Bapak yang kelihatannya masih muda ini langsung bilang "keluarkan surat-suratnya" sambil jalan tanpa hormat dan salam. Aku masih diam dan sebentar mengeluarkan SIM, KTP dan STNK dengan kasar dan saya taruh di atas jok motor. Eh ada yang aneh, omaigat polisi itu minta surat-surat kami tanpa penghormatan, tanpa sapaan dan parahnya sambil makan permen karet. Wuiiih malu sekali saya sebagai warga Indonesia. Lha begitu kok mau bilang "Polri itu cerminan dari peradaban suatu bangsa". Itu memang bener kata-katanya. Lha tapi kalo sikap polisinya semacam itu apa masyarakat mau mengakui polri peradaban suatu Bangsa ??? Kalau saya ya ogahlah, malu saya sebagai warga Negara Indonesia. Haduh pak, please deh ya Negara yang beradab tidak sebercanda itu!!